Mataram, 2025 – Tragedi menyedihkan terjadi di Bukit Sempana ketika seorang pelajar SMA asal Mataram meninggal dunia saat mendaki bersama teman-temannya. Kejadian ini terjadi pagi hari saat cuaca mendadak berubah, membuat medan menjadi licin dan sulit dijangkau. Tim SAR dan warga sekitar segera melakukan evakuasi, namun nyawa korban tidak tertolong. Insiden ini menjadi peringatan bagi komunitas pendaki terkait keselamatan dan persiapan sebelum mendaki.
Pelajar tersebut diketahui berusia 17 tahun dan merupakan anggota ekstrakurikuler pecinta alam di sekolahnya. Rekan-rekannya mengungkapkan bahwa pagi itu mereka berangkat sekitar pukul 06.30 WITA, membawa peralatan standar. Namun, saat mendekati puncak Bukit Sempana, hujan deras dan angin kencang membuat jalur licin dan berbahaya. Korban terpeleset dan mengalami benturan keras sebelum akhirnya jatuh ke jurang kecil di sisi bukit.
Tim SAR yang menerima laporan langsung mengevakuasi korban menggunakan tali pengaman dan peralatan pendakian. Proses evakuasi berlangsung dramatis karena medan yang terjal dan cuaca yang memburuk. Warga sekitar yang juga tergabung dalam relawan menuturkan bahwa mereka berusaha sekuat tenaga menolong korban, sementara rekan-rekan pendaki lainnya dibuat syok dan ketakutan menyaksikan kejadian tersebut.
Kepolisian setempat menyatakan bahwa kasus ini sedang dalam penyelidikan untuk memastikan penyebab pasti tragedi. Dugaan awal, kecelakaan tersebut murni karena faktor alam dan kurangnya pengalaman dalam menghadapi kondisi ekstrem di bukit. Aparat menekankan pentingnya disiplin dan prosedur keselamatan saat melakukan aktivitas pendakian, termasuk membawa peralatan lengkap dan memeriksa perkiraan cuaca.
Tragedi ini juga menimbulkan reaksi dari sekolah dan komunitas pecinta alam. Pihak sekolah menyampaikan bela sungkawa mendalam kepada keluarga korban dan berencana mengadakan pembinaan keselamatan untuk para siswa. Sementara itu, komunitas pendaki lokal mengingatkan bahwa Bukit Sempana memang indah tetapi memiliki risiko tinggi, sehingga pendaki pemula harus selalu ditemani pemandu berpengalaman.
Para ahli pendakian menyebutkan bahwa insiden semacam ini menekankan perlunya edukasi keselamatan sejak dini. Penggunaan sepatu anti-slip, tali pengaman, dan peralatan komunikasi darurat menjadi standar minimal. Selain itu, pendaki harus memahami batas kemampuan diri sendiri dan memperhitungkan kondisi cuaca sebelum melakukan perjalanan, agar kejadian tragis seperti ini tidak terulang kembali di masa depan.
Keluarga korban menerima kabar duka dengan penuh kesedihan. Upacara pemakaman dilakukan di kampung halaman pelajar tersebut dengan dukungan teman-teman dan warga setempat. Tragedi ini menjadi pengingat bagi masyarakat Mataram dan sekitarnya bahwa aktivitas alam, meski menyenangkan, selalu membutuhkan kewaspadaan tinggi, disiplin, dan kesiapan menghadapi risiko yang mungkin terjadi kapan saja.
Baca: CFD di Mataram Dihentikan Sementara saat Upacara Kemerdekaan