Fri. Aug 8th, 2025

Lombok, 7 Agustus 2025 – Indonesia terus memperkuat posisinya sebagai destinasi unggulan di mata wisatawan global. Kini, tren baru mulai menarik perhatian: pariwisata halal dan pengembangan desa wisata yang tumbuh pesat, khususnya di wilayah Indonesia Timur seperti Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Selatan, dan Maluku.

Kombinasi antara kebutuhan wisata yang nyaman bagi wisatawan Muslim dengan pengalaman budaya lokal yang autentik menjadikan konsep ini semakin dilirik, baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.

Pariwisata Halal Bukan Sekadar Label, Tapi Kenyamanan Menyeluruh
Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), pariwisata halal bukan semata-mata membatasi jenis kuliner atau kegiatan, melainkan menciptakan lingkungan yang ramah bagi wisatawan Muslim, seperti tersedianya tempat ibadah, makanan halal, akomodasi bersertifikasi syariah, dan layanan sesuai prinsip Islam.

“Pariwisata halal adalah solusi bagi wisatawan yang ingin berlibur tanpa mengorbankan nilai-nilai keagamaannya. Ini bukan eksklusif, tapi inklusif,” ujar Nurul Eka, Deputi Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenparekraf.

Daerah seperti Lombok, Bima, dan Parepare kini mengembangkan paket wisata halal yang menyasar pasar Asia Tengah, Timur Tengah, hingga Malaysia dan Brunei Darussalam.

Desa Wisata Bangkit Jadi Ujung Tombak Wisata Berbasis Masyarakat
Sementara itu, tren desa wisata juga kian menggeliat. Pemerintah pusat hingga daerah secara aktif mendukung pengembangan desa-desa berbasis budaya, alam, dan kearifan lokal sebagai destinasi wisata alternatif.

Contoh sukses datang dari Desa Sembalun di Lombok Timur dan Desa Nglanggeran di Gunung Kidul, yang tak hanya menyuguhkan pemandangan indah, tapi juga mengajak wisatawan terlibat langsung dalam aktivitas warga — mulai dari bertani, membuat kerajinan tangan, hingga belajar budaya adat.

“Desa wisata adalah masa depan pariwisata berkelanjutan. Wisatawan ingin sesuatu yang nyata, bukan buatan,” ungkap Lalu Rahman, pelaku wisata lokal di NTB.

Sinergi Dua Konsep: Halal dan Lokal, Kunci Daya Tarik Baru
Yang menarik, kini banyak desa wisata yang juga mengadopsi prinsip pariwisata halal. Penginapan lokal menyiapkan musala kecil, sajian makanan khas disesuaikan dengan sertifikasi halal, serta paket wisata religi seperti kunjungan ke pesantren atau masjid bersejarah.

Kombinasi ini menjadikan pariwisata halal dan desa wisata sebagai daya tarik baru yang unik, menggabungkan nilai spiritual, kenyamanan, dan pengalaman budaya secara menyeluruh.

Dukungan Pemerintah dan Target Pasar Global
Pemerintah menargetkan Indonesia masuk dalam 3 besar destinasi wisata halal dunia pada 2026. Untuk itu, berbagai pelatihan, pendampingan sertifikasi, dan promosi gencar dilakukan, khususnya di destinasi prioritas seperti Lombok, Sumatera Barat, Aceh, dan Kalimantan Selatan.

Kementerian Desa PDTT juga terus mendorong pengembangan infrastruktur desa wisata, termasuk akses jalan, jaringan internet, dan fasilitas homestay berbasis syariah.

Respons Positif dari Wisatawan
Banyak wisatawan domestik, khususnya generasi milenial Muslim, mulai memilih liburan ke desa wisata dengan pendekatan halal. Selain lebih tenang dan edukatif, mereka juga merasa lebih nyaman secara spiritual.

“Saya ke Tetebatu, dan ternyata ada banyak penginapan yang ramah Muslim. Kegiatan wisata juga dekat dengan alam dan adat. Rasanya pulang membawa ilmu, bukan cuma foto,” ujar Fatimah, wisatawan asal Jakarta.

Masa Depan Pariwisata Indonesia Ada di Desa dan Nilai Lokal
Di tengah tren pariwisata yang kian cepat berubah, pariwisata halal dan desa wisata jadi daya tarik baru yang tak bisa diabaikan. Tak hanya menjawab kebutuhan segmen wisatawan tertentu, tapi juga memperkuat ekonomi lokal dan menjaga identitas budaya bangsa.

Dengan sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan pelaku wisata, Indonesia berpeluang besar menjadi leader global dalam pariwisata yang inklusif, berkelanjutan, dan berakar pada nilai-nilai lokal.

Baca: desakan reformasi keamanan maritim meningkat

By Torri