Lombok, Nusa Tenggara Barat – Di tengah isu perbedaan keyakinan yang kerap memicu gesekan, Pulau Lombok justru menunjukkan contoh indah toleransi melalui tradisi Ngejot. Tradisi ini telah menjadi warisan turun-temurun yang mempererat hubungan antar pemeluk agama di daerah tersebut.
Apa Itu Tradisi Ngejot?
Ngejot adalah kegiatan saling berbagi makanan antar tetangga atau kerabat yang berbeda agama, biasanya dilakukan pada hari-hari besar keagamaan.
Saat Idul Fitri, warga Muslim mengirimkan makanan ke tetangga yang beragama Hindu atau Kristen.
Saat Hari Raya Galungan atau Natal, giliran warga non-Muslim mengirim makanan ke tetangga Muslim.
Makna di Balik Ngejot
Tradisi ini tidak sekadar berbagi makanan, tetapi juga simbol:
- Persaudaraan tanpa batas keyakinan
- Penghormatan terhadap hari besar agama lain
- Menjaga kerukunan antar warga
Menurut tokoh adat Lombok, Ngejot mengajarkan bahwa “tetangga adalah keluarga kedua” dan perbedaan keyakinan justru memperkaya kehidupan sosial.
Peran Generasi Muda
Kini, tradisi Ngejot juga dikenalkan di sekolah-sekolah di Lombok sebagai bagian dari pendidikan karakter. Siswa diajak untuk:
- Menghormati tradisi lintas agama
- Mengikuti kegiatan berbagi makanan secara simbolis
- Memahami nilai keberagaman sejak usia dini
Tantangan Pelestarian Tradisi
Meski kuat di masyarakat, Ngejot menghadapi tantangan di era modern:
- Gaya hidup individualistis mulai mengikis interaksi sosial
- Perbedaan pendapat di media sosial terkadang memicu kesalahpahaman
- Urbanisasi membuat banyak penduduk kehilangan ikatan komunitas lama
Oleh karena itu, tokoh masyarakat Lombok terus menggalakkan kegiatan bersama, seperti gotong royong dan perayaan lintas agama, agar Ngejot tetap lestari.
baca juga: Boat Fast dari Nusa Penida Tenggelam Dua Wisatawan Asing Meninggal Dunia