Mataram, NTB, 5 Agustus 2025 – Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat melaporkan bahwa ekonomi NTB terkontraksi 0,82% pada triwulan II 2025 dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan ini dipengaruhi oleh melemahnya kinerja sektor pertambangan, ekspor, serta penurunan aktivitas industri pengolahan.
Faktor Penyebab Kontraksi
Kepala BPS NTB, I Gede Suarsa, menjelaskan beberapa faktor utama yang menyebabkan kontraksi ekonomi tersebut:
- Penurunan Produksi Tambang – Terutama pada komoditas tembaga dan emas akibat perawatan alat produksi.
- Ekspor Menurun – Terjadi penurunan volume ekspor mineral ke pasar internasional.
- Konsumsi Rumah Tangga Melambat – Masyarakat cenderung mengurangi pengeluaran akibat kenaikan harga pangan dan energi.
Pertumbuhan Tahunan Masih Positif
Meski mengalami kontraksi secara quarter-to-quarter, perekonomian NTB masih tumbuh positif secara tahunan.
- Pertumbuhan ekonomi NTB year-on-year pada triwulan II 2025 tercatat sebesar 3,21%.
- Sektor yang menopang pertumbuhan tahunan antara lain pertanian, perikanan, konstruksi, dan pariwisata.
Kontribusi Sektor Unggulan
- Pertanian & Perikanan – Tetap stabil berkat musim panen padi dan hasil laut.
- Pariwisata – Meningkatnya kunjungan wisatawan ke Lombok dan Sumbawa pasca libur Lebaran.
- Konstruksi – Didukung pembangunan infrastruktur jalan dan perumahan.
Langkah Pemerintah Daerah
- Pemerintah Provinsi NTB menyiapkan strategi pemulihan ekonomi, di antaranya:
- Diversifikasi sektor ekonomi untuk mengurangi ketergantungan pada pertambangan.
- Penguatan sektor UMKM dan ekonomi kreatif.
- Optimalisasi promosi pariwisata ke pasar domestik dan internasional.
“Kami tidak ingin NTB terlalu bergantung pada tambang. Potensi pertanian, perikanan, dan pariwisata harus menjadi penopang utama ekonomi daerah,” ujar Gubernur NTB.
Kesimpulan
Ekonomi NTB terkontraksi 0,82% pada triwulan II 2025 menjadi sinyal perlunya diversifikasi ekonomi. Meski kontraksi terjadi secara kuartalan, pertumbuhan tahunan tetap positif berkat sektor-sektor produktif di luar tambang.
Baca: Rendang Padang Pariaman: Warisan Rasa dari Ranah Minang