Fri. Aug 8th, 2025

Lombok, 7 Agustus 2025 – Di tengah maraknya pembangunan pariwisata dan energi baru di wilayah timur Indonesia, sektor pertanian dan peternakan masih jadi tulang punggung ekonomi daerah, khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kedua sektor ini bukan hanya menopang mata pencaharian sebagian besar penduduk, tetapi juga menjadi kekuatan utama dalam menjaga ketahanan pangan dan keberlanjutan ekonomi lokal. Pemerintah daerah terus memperkuat dukungan, mulai dari bantuan bibit, infrastruktur irigasi, hingga pelatihan teknologi pertanian dan peternakan modern.

Jagung, Padi, dan Bawang Merah Jadi Komoditas Andalan
NTB dikenal sebagai salah satu lumbung jagung nasional, terutama dari wilayah Bima, Dompu, dan Sumbawa. Produksi jagung dari NTB secara konsisten menyuplai kebutuhan nasional, bahkan ekspor ke luar negeri mulai dibuka kembali di pertengahan 2025.

Selain jagung, komoditas seperti padi dan bawang merah juga terus mendapat perhatian. Kabupaten Lombok Timur menjadi salah satu penghasil bawang merah unggulan di Indonesia Timur, yang kini dikembangkan dengan metode tanam irit air dan ramah lingkungan.

“Petani sekarang tidak bisa hanya mengandalkan cara lama. Kami dorong inovasi dan kolaborasi agar produktivitas meningkat tanpa merusak alam,” ujar Kadis Pertanian NTB, H. Fauzan Khalid.

Sapi Potong NTB: Kembali Bangkit Pasca Pandemi
Di sektor peternakan, sapi potong menjadi primadona NTB. Setelah sempat terpukul oleh pandemi dan wabah penyakit ternak, tahun 2025 menandai kebangkitan industri peternakan NTB.

Program “Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri” (SIKOMANDAN) digencarkan kembali dengan fokus pada pembiakan lokal, pakan berkualitas, dan biosekuriti. Ribuan peternak di Lombok dan Sumbawa kini mendapat pendampingan intensif dari dinas peternakan dan mitra swasta.

“Dengan manajemen kandang yang modern dan dukungan teknologi, kami yakin sapi NTB bisa kembali jadi andalan nasional,” kata Ridwan, peternak muda asal Lombok Barat.

Digitalisasi Pertanian dan Peternakan Dimulai
Tak hanya fokus pada produksi, pemerintah daerah juga mendorong transformasi digital di sektor pertanian dan peternakan. Beberapa desa mulai menggunakan aplikasi digital untuk pemantauan cuaca, harga pasar, hingga manajemen distribusi hasil panen dan ternak.

Langkah ini dinilai penting untuk membuat petani dan peternak lokal lebih adaptif terhadap perubahan iklim dan pasar.

Ekspor Produk Pertanian dan Peternakan Mulai Ditingkatkan
Sejalan dengan peningkatan kualitas produksi, NTB juga membuka peluang ekspor hasil pertanian dan peternakan ke negara-negara tetangga, terutama ke wilayah ASEAN dan Timur Tengah. Produk unggulan seperti jagung, rumput laut, dan daging sapi kini mulai dipasarkan dengan standar ekspor.

Pemerintah daerah bekerja sama dengan Bea Cukai, Kementerian Perdagangan, serta pelaku ekspor swasta untuk memperlancar rantai pasok dan logistik.

Generasi Muda Mulai Melirik Agribisnis
Satu hal yang patut diapresiasi adalah meningkatnya minat generasi muda NTB terhadap sektor agribisnis. Dengan gaya hidup digital dan semangat inovatif, mereka mulai menciptakan startup pertanian dan peternakan yang berbasis teknologi, seperti sistem irigasi otomatis, drone pemantau ladang, hingga e-commerce hasil tani.

“Bertani itu keren. Sekarang semua bisa dilakukan dengan gadget. Yang penting, kita tahu cara mengelola dan menjualnya,” ujar Lailatul, petani milenial dari Desa Pringgasela.

Pilar Ekonomi yang Tak Tergantikan
Di tengah gempuran sektor baru seperti pariwisata dan energi, sektor pertanian dan peternakan masih jadi tulang punggung pembangunan daerah. Mereka bukan hanya bagian dari sejarah NTB, tetapi juga kunci untuk masa depan yang mandiri, berdaulat pangan, dan ramah lingkungan.

Dengan dukungan teknologi, pasar yang terbuka, dan semangat generasi muda, masa depan pertanian dan peternakan di NTB dan Indonesia secara umum tetap cerah.

Baca: isu lingkungan overstay wisata yang mengancam citra bali

By Torri